Posts

Membaca (Al-Qur'an), Sehat dan Berumur Panjang

Oleh: Wahyuddin Halim Umat Islam percaya bahwa kitab suci mereka, Al-Qur’an, memiliki banyak sekali fungsi dan manfaat dalam hidup mereka. Baik fungsi yang bersifat spiritual maupun mental-fisikal. Bahkan, banyak orang Muslim yang meyakini, membaca ayat-ayat tertentu dari Al-Qur’an memberi efek praktis, misalnya, untuk keselamatan diri dan penjagaan properti. Atau untuk mempengaruhi orang lain, bahkan makhluk lainnya. Namun, secara normatif para pakar kajian ilmu Al-Qur’an menyebutkan empat fungsi utama dari kitab mukjizat Nabi saw ini: al-huda (petunjuk), al-furqan (pemisah, pembeda), al-syifa (obat), dan al-mau'izah (nasihat). Saya tidak memiliki kompetensi akademik untuk mengelaborasi lebih dalam keempat fungsi utama tersebut. Selain itu, ulasan tentang perkara ini juga sudah cukup melimpah di internet. Dalam tulisan ini, saya hanya akan menuliskan pengalaman mengenal atau pernah berjumpa dengan tiga di antara beberapa orang yang dapat dijadikan bukti atas manfaat prakti

Ramadhan, beyond chasing rewards

The Prophet Muhammad always encouraged Muslims to perform ittikaf during Ramadhan, especially on the last ten days. Ittikaf is to dwell exclusively in a mosque to get closer to God. The prophet also ordered Muslims to fill the nights of Ramadhan with  tahajud (night prayer) and  tafakkur  (contemplation). That is why Ramadhan is, in essence, a period of contemplation through which one engages in self-introspection and intense spiritual reflection. After 11 months pursuing material gains and worldly achievements, Ramadhan comes to offer itself as a spiritual break. In all religions, contemplation is among the most important rites, though practiced in diverse ways and for different aims, such as to be in harmony with nature, to realize the temporality of worldly life and its potential as a source of suffering, to engage in an intimate dialogue with God to gain divine inspiration, or even to “unite” with God through a mystical union. Contemplation is a spiritual discipline to get

Kampus dan Budaya Parsel

Beberapa waktu lalu, lewat media sosial, saya menjaring komentar tentang budaya mahasiswa memberi makanan dan parsel kepada para penguji pada saat dan setelah ujian sarjana. Di luar dugaan, ada sekitar 400 orang menjempoli postingan itu. Dari 250-an respons, termasuk dari beberapa ‘korban’ praktek itu, terungkap, sejak beberapa dekade terakhir budaya ini sudah demikian massif dan sistemik di sebagian besar perguruan tinggi di Indonesia. Hampir semua responden mendukung upaya menghapuskan budaya ini dan mengecam pembiaran dari pihak dosen dan birokrasi kampus. Mereka menyatakan, praktek itu jelas memberatkan pihak mahasiswa. Beberapa bahkan memberi testimoni tentang praktek yang lebih parah di satu kampus di mana mahasiswa selain ‘dituntut’ memberi parsel kepada para penguji juga amplop berisi uang ratusan ribu hingga jutaan rupiah. Di sejumlah program pascasarjana, ada beberapa penguji terang-terangan meminta beragam hal kepada mahasiswa: ditraktir makan malam sekeluarga di restora

Anregurutta dan Bulan Ceramah Ramadan

Sudah lumrah jika Ramadan disebut bulan pentas ritual, ajang akumulasi pahala, dan momen menghiba ampunan, rahmat dan berkah dari Allah. Tapi, jangan lupa, ia juga “Bulan Ceramah.” Sejak lama, ceramah jadi menu pelengkap beragam tradisi Ramadan di Indonesia. Mulai di musola, masjid, tempat buka puasa bersama, tarwih keliling, pengajian, majelis taklim, hingga televisi dan radio. Tak heran, setiap Ramadan tiba permintaan mubalig (penceramah) meningkat tajam. Mungkin lebih banyak daripada stok yang tersedia. Tak jarang, beberapa mubalig berceramah di dua tiga tempat berbeda dalam semalam. Fenomena mubalig dadakan atau musiman selama Ramadan tentu sudah lama terlihat di berbagai kota di Indonesia. Lantas, sejauh mana pengaruh intensitas ceramah Ramadan terhadap peningkatan pengetahuan, kesadaran dan pengamalan agama umat Islam di negeri ini dari tahun ke tahun? Untuk menjawab itu, tentu perlu penelitian khusus. Tapi mari lebih dulu meneroka keragaman sosok mubalig Ramadan. Di masa