Jusuf dan Empat Kualitas Utama Manusia Sulsel
Prototipe paling masyhur seorang pemberani (to-warani ) dalam literature klasik bugis sudah pastilah Sawerigading. Dalam epik La Galigo, personafikasi Sawerigading adalah sosok pemberani dua dimensi. Di satu saat, dia gambarkan sebagai petarung yang gigih merebut dan membela kehormatan, keadilan, dan keselamatan.
To-macca dalam budaya Bugis, sebagaimana konsep towarani, juga merupakan konsep yang ambigu, berkonotasi jamak, yang satunya positif dalam arti cerdas, yang lainya bermakna negatif sebagai “orang licik” dengan kata lain, kecerdasan bisa digunakan demi kebaikan orang banyak sekaligus demi memuaskan hasrat pribadi seseorang. Dalam tradisi tutur bugis, unsur, muslihat, ini lebih banyak ditemukan dalam cerita- cerita lisan ketimbang.
Namun demikian, konsep to-acca tidak jarang juga dikaitkan dengan karakter pahlawan semi historis disejumlah historis kerajaan bugis, sebagai contoh, La Pudakka di wajo, La Mellong di Bone, La Sallomo’ di Sidenreng. Asosiasi ini tampaknya di ilhami oleh tokoh – tokoh sejarah yang faktual yang historis. La, Mellong, misalnya diasosiasikan sebagai penasehat Arumpone yang terkenal cerdas dan kebijakannya di Abad – 16.
Nilai utama ketiga adalah kemampuan memperkaya diri atau menjadi to- sogi (orang kaya ). Dalam masyarakat bugis, semangat memperkaya diri tampaknya masih merupakan pendorong paling kuat bagi kehidupan banyak orang dan perangsang utama mereka dalam berbisnis. selain itu, memiliki kekayaan berlimpah juga bisa mengangkat status sosial seorang warga kelas bawah menurut strata sosial Bugis. Makanya sejak dahulu, sebagai contoh di Wajo (salah satu kabupaten masyarakat Sulsel), orang kaya dari masyarakat kelas bawah dimungkinkan menikahi perempuan dari strata sosial yang lebih tinggi asalakan bisa membayar “harga darah” (melli darah ), berupa mahar yang lebih tinggi dari biasanya. Padahal dahulu, khususnya sebelum datangnya Islam di Sulawesi selatan, perkawinan seperti ini masih dianggap penantang, bahkan kejahatan (sapa’ri tana)
Konsep selanjutnya dalam sulapa eppa adalah to-panrita. to-panrita adalah orang yang berpengetahuan agama yang luas, bijaksana, berani saleh dan jujur. ( The bugis 1996-hal 214 ). Dan karenanya memadukan unsur to-warani dan to-panrita disemaknakan dengan kata “Arab” yang artinya alim, Dalam konteks masyarakat Sulsel kontomporer, To-panrita tidak saja bermakna yang saleh dan berilmu, tapi juga sejenis kualitas moral yang diidamkan orang – orang tua bisa dimiliki anak-anak mereka. Maka ungkapan to salah lao mancaji to-panrita (orang bajingan menjadi orang alim) –berarti seseorang telah mengalami semacam pertobatan diri atau transformasi karakter buruk menjadi baik.
Lalu, siapakah orang orang sulsel yang dimasa modern yang bisa dijadikan prototipe terbaik untuk ke empat kwalitas manusia bugis diatas? sekalipun kategorisasinya cenderung arbitrer, paling tidak ada empat tokoh Sulsel dalam kurun tiga dekade terakhir dipentas nasional, bahkan intrenasional, yang bisa dipandang mempresentasekan empat kwalitas tersebut, menariknya, nama (atau satu kata dari rangkaian nama) keempat tokoh termaksud adalah “Yusuf” (walau ejaan masing – masing tak persis sama karena evolusi bahasa Indonesia). Ke empat tokoh termaksud adalah Syekh Yusuf Al-Makassar (sebagai representasi to-panrita ), Jendral (purn) Andi Muhammad Jusuf (to-warani), Prof.Dr.Ir. Bacharuddin Jusuf Habibie (to-acca), dan Drs.H.M.Jusuf Kalla (to-sugi).
Syekh yusuf Makassar mungkin merupakan representasi terbaik to-panrita Sulsel pasca Islamisasi. Dilahirkan di Gowa pada 1626 dari keluarga ningrat kerajaan Gowa, Syekh Yusuf adalah seorang ulama besar dengan pengetahuan agama yang luas. Setelah menuntut pengetahuan agama, khususnya ilmu tasawuf, pada ulama-ulama Sufi terkemuka diwilayah timur tengah di masanya, dia lalu ke Banten dan menikahi putri Sultan Banten. Namun, dia juga seorang pejuang yang gigih dimedan perang, khususnya ketika dia membantu mertuanya, Sultan Agung Tirtayasa, melawan kompeni Belanda, yang berakhir dengan 10 tahun pengasingan ke Selon (sri langka). Diselon inilah, Syekh Yusuf menulis hampir seluruh karya-karya intelektualnya; mencakup puluhan buku, makalah dan risalah yang hingga kini menjadi subjek telaahan banyak sarjana. Beliau meningal di Afrika pada tahun 1699, tapi menurut informasi, ada tiga makam Syekh Yusuf Al-Makassar diantaranya; Afrika, banten, dan Gowa, entah diaman yang benar, karena kurangnya refrensi penulis akan informasi kebenaran tersebut, kuburannya hingga kini masih dikeramatkan banyak peziarah, baik orang muslim setempat, maupun dari kawasan lain dunia Islam. Selain berkat karya – karya tulisannya, pengaruh Syekh Yusuf dikalangan Muslim Indonesia, khususnya di Sulsel, bisa dirasakan berkat organisasi tarekat, Khalwatiah Yusuf, yang ajaran-ajaranya diasoasikan dengannya.
Jendral Muhammad Jusuf, lebih dikenal dengan prototype to-warani Sulsel. Anak kelahiran Bone ini mengwali karir militenya sebagai prajurit TNI yang berani dan loyal di setiap kancah perang dalam rangka mempertahankan keutuhan NKRI. Beliau salah satu pemeran kunci dalam proses transisi kekuasaan Soekarno ke Soeharto, lewat peristiwa Supersemar yang kontroversial itu. Setelah meraih setumpuk prestasi di medan tempur maupun dalam organisasi militer, beliau meraih empat bintang dan mencapai puncak karir militer sebagai pangab sekaligus menhangam semasa pemerintahan Orde Baru. Seingat saya, beliaulah salah satunya oramg Sulsel yang mampu meraih empat bintang dalam militer, paling tidak hingga saat ini, keberanian, ketegasan, kejujuran dan keberhasilan, keteguhan, kesetiaan dan cintanya kepada Negara dan rakyat membuat dia dipandang salah satu figur tentara rakyat yang paling disegani dan dikenang di kalangan mliter. Sayangnya, hingga kini belum ada buku yang yang mengulas tuntas riwayat hidupnya, padahal puluhan biografi /autobiografi tokoh militer geberasi pasca jusuf kini menyesaki rak-rak toko buku dan perpustakaan.
Kalimat (to-acca) cocoknya kepada sosok Bacharuddin Jusuf Habibie, Gelar akademik formalnya cokup panjang, Prof.Dr.Ing. beliau mempresentasekan kecerdasanya (to-acca) Sulsel. Dilahirkan di Pare-pare Sulsel, berdarah Gorontalo-Jawa, Habibie diakui sebagai Ilmuwan berkualifikasi akademik internasional, Teori kalkulasi retakan struktur metal dalam teknologi rekayasa pesawat terbang yang dikenal dengan Habibie crack, adalah temuannya,. Pesawat CN-250 produksi IPTN adalah prestasi ilmiah praktisnya yang genuite, beliau juga seorang cendekiawan (intellectual) dalam pengertian sejati kata itu. Perhatiannya yang besar baik selama jadi menteri, wapres, presiden, maupun setelah kembali menjadi rakyat biasa , perkembangan sains, teknologi, pendidikan, agama dan seni, dan budaya adalah bukti kecendikiaannya. Beliaulah yang mengilhami lahirnya organisasi ICMI. Namun, lebih dari itu beliau juga dinilai sebagai politisi yang jujur. Bersih dan bijaksana hingga berhasil mencapai karir politik sebagai wakil presiden, lalu presiden RI, mungkin karena kepolosannya dalam berpolitik, ditambah konsistensinya pada kebenaran, kejujuran dan fair play, kursi RI-1 yang memang semakin panas pada masa itu, tidak bisa lama-lama didudukinya. Padahal, banyak pengamat menilai, selama masa jabatan singkat beliau sebagai presiden, sejumlah prestasi nyata dalam bidang social, ekonomi, dan politik sebenarnya bisa dicatat sebagai cukup mengesankan, namun terlupakan begitu saja karena arus deras perubahan politik diindonesia pada masa reformasi.
Adapun kulifikasi orang kaya to- sugi Sulsel bisa dilihat pada sosok terakhir, M.Jusuf Kalla selain terkenal sebagai pengusaha nasional yang sukses mengembangkan bisnis secara wajar dan alamiah hingga kepakan bisnisnya menjadi paling dominan khususnya di Kawasan Timur Indonesia, dia juga dikenal intelek, bersih, dermawan, dan saleh. Walau pernah menjadi seorang birokrasi yang cukup disegani, mentri kordinator kesejahtraan rakyat kabinet Gotong Royong, beliau tetap sederhana dalam penampilan dan kata-kata. Di bidang sosial, beliau seorang tokoh kunci dalam mengsukseskan pertemuan Malino 1 dan II untuk perdamaian poso dan ambon. Begitu pula gagasannya untuk menjadikan pulau Komodo sebagai tujuh keajaiban dunia, bahkan masih banyak prestasi pak Jusuf Kalla, masih banyak waktu bagi yusuf untuk menbuktikan bahwa to-sugi pun bisa berkarya pada bidang bidang kehidupan lain diluar bisnis.
Tampaknya, ada benang merah yang memuat keempat representasi manusia Sulsel diatas identik, yaitu keyakinan agama yang kuat ditambah kejujuran, keberhasilan moral, dan keciantaan pada rakyat kecil. Hal ini bisa terlihat, misalnya, pada peran mereka dalam rangka pengembangan islam diIndonesia. Syekh Yusuf mewariskan sejumlah karya keagamaan dan organisasi tarekat (khalwatiah Yusuf ), Jendral Jusuf dan Yusuf Kalla merintis pembangunan Al-Markaz Al-Islami, Sedangkan Jusuf Habibie-seperti sudah dijelaskan membidangi lahirnya ICMI dan The Habibie Center.
Ala Kulii Hal, bila keempat tokoh kita ini semuanya mengambil Nama seorang Nabi yang sama, Nabi Yusuf, tentulah itu sekedar kebetulan, tapi mereka memiliki perang penting dalam pembangunan ilmu pengetahuan, agama, sosial, ekonomi, politik, dan budaya dipentas Nasional itu tentu tak bisa dinafikan. Boleh jadi nama – nama mereka kelak akan menjadi legenda tersendiri. Tapi perlu juga diingat, sejumlah tokoh Sulsel tidak bernama Yusuf juga memiliki satu atau lebih dimensi manusia Sulsel diatas dan berperan penting dalam lingkup Nasional. sebut saja diantara mereka adalahalmarhum Baharuddin Lopa, mantan jaksa Agung yang dikenal sangat sederhana, jujur, bersih, tegas, dan berani dalam mengambil keputusan dan pengegakan hukum,begitu pula ada Abraham Samad dengan KPK nya tampil sebagai penegak Hukum, pak Mario Teguh yang berasal dari sidrap sebagai Motivator, dibidang keagamaan ada M.Quraish Shihab dengan karya tafsirnya, adapula Nasaruddin Umar sebagai Wamenag, dan banyak lagi yang penulis tak mampu sebutkan satu persatu di kanca Nasional meskipun mereka bukan bernama Yusuf, Yang perlu dicermati siapakah tokoh – tokoh Sulsel berikutnya yang bakal menyamai, jika tidak bisa mengungguli prestasi tokoh – tokoh kita ini dimasa depan. Sekali lagi, tentu saja tak penting bagi nama mereka harus Yusuf lagi. Yang lebih penting, mereka memiliki satu atau lebih “ eppa’sulapa” diatas. Sebab, dalam masyarakat Sulsel kontonporer, kepemimpinan agaknya hanya bergulir ditangan mereka dengan empat kualitas utama yang sejak zaman lampau, sangat dihormati orang – orang bugis Makassar tersebut,: To-Sugi ( kini bermakna pengusaha yang sukses); to-acca( sarjana gelar akademik yang tinggi ); dan to-panrita ( cendikiawan Muslim/ulama).
------------------------------------------
------------------------------------------
*Pernah dimuat dalam kolom Opini Harian Fajar pada 2 Januari 2003 dan diterbitkan menjadi salah satu artikel dalam buku "Jusuf Kalla: Membangun Kesejahteraan Rakyat", Andang B. Malla dan M. Saleh Mude (eds.) (Jakarta: Blantika, 2004).
Comments