Posts

Showing posts from 2004

Jusuf dan Empat Kualitas Utama Manusia Sulsel

by   pcmidkijakarta Menelaah keragaman dimensi perilaku sosok pahlawan dalam tradisi tutur masyarakat sulsel masa lampau, baik yang faktual maupun  imaginer. Pengamatan cermat atas perilaku mereka  menghasilkan gambaran unik tentang  mentalitas orang – orang Sulsel, khususnya bugis, dimana terdapat empat kualitas dinilai paling utama, yang lebih dikenal dengan   “ sulapa’ eppa ” ( empat sisi).  menurut lontara, empat kualitas ini sangatlah esensial  dimiliki setiap  pemimpin yang  baik. Kualitas yang dimaksud adalah  berani ( warani ), cerdas (   macca ), kaya ( sugi )  dan taat beragaman ( panrita ) ( pelras, 1996 ) .           Prototipe  paling masyhur seorang pemberani ( to-warani  ) dalam literature klasik bugis sudah pastilah Sawerigading.  Dalam epik La Galigo,  personafikasi Sawerigading  adalah sosok pemberani dua dimensi. Di satu saat, dia gambarkan  sebagai petarung yang gigih merebut dan membela kehormatan, keadilan, dan keselamatan.            To-macca  dalam buday

Beda Anre Gurutta dan Pak Ustadz

Lisanul hal afsahu min lisanul qaul . Perbuatan lebih fasih daripada perkataan. Demikian sebuah pepatah Arab yang kerap dikutip untuk menunjukkan perlunya keteladanan dalam dakwah dan pengajaran. Bahasa lisan memang perlu, namun bahasa tubuh kerap jauh lebih mujarab mengajak seseorang mengikuti kebaikan yang diserukan. Kemujaraban perbuatan atas perkataan dalam dakwah mungkin bisa diuji selama Ramadan, bulan saat umat Islam menggiatkan diri dalam ibadah ritual. Di Indonesia khususnya, Ramadan telah menjadi kalender tetap umat Islam untuk menambah pengetahuan keagamaan mereka melalui beragam media dakwah (Islam). Selain di masjid, musholah dan tempat-tempat yang “disulap” menjadi tempat tarawih selama Ramadan, dakwah juga semakin semarak di media cetak dan elektronik. Begitu fenomenalnya trend ini, hampir tidak ada alasan bagi kita untuk tidak memperoleh dakwah agama di bulan Ramadhan. Dakwah pun sudah menyusup ke ruang-ruang surfing atau chatting di internet. Singkatnya, dakwah tela

Formalisasi Syariat Islam di SulSel: Wacana yang Jadi Mistik

Mungkin pada awalnya tidak ada yang menduga kalau ikhtiar sekelompok Muslim Sulsel memperjuangkan penerapan “syariat Islam” di daerah mereka akan jadi fenomenal. Kenyataannya, upaya mereka yang termasuk dalam kelompok pejuang formalisasi “syariat Islam” (selanjutnya disingkat PFSI, Komite Persiapan Penegakan Syariat Islam [KPPSI] adalah salah satunya) ini kini mengundang perhatian semakin banyak kalangan. Puluhan seminar dan kongres tentang gagasan ini telah dilaksanakan, baik yang berskala regional, nasional maupun (yg diklaim berskala) internasional. Sama halnya, puluhan, jika tidak ratusan, artikel di surat kabar, majalah dan internet telah ditulis mengenai isu ini. Sebagai respon terhadap upaya ini, Pemda Sulsel juga pernah mengirim beberapa tokoh cendekiawan muslim, wakil rakyat dan birokrat ke Malaysia guna mencermati, sebagai bahan bandingan, kondisi beberapa negara bagian di negara jiran itu yang mendaku telah mengimplementasikan syariat Islam. Baru-baru ini sebuah tim Pemd