Posts

Showing posts from August 31, 2008

Panduan Untuk Calon Bupati

Image
Setelah beberapa hari kedatangan bulan Ramadan tahun ini, saat meriang pilkada di beberapa daerah di Sulsel sedikit menurun, aku kedatangan pula seorang tokoh dari daerah kelahiranku. Entah mengapa, dia minta saranku atas rencananya ikut hajatan demokrasi di daerahnya tahun ini. Tapi lebih dari sekadar saran, aku malah mendiktekan semacam panduan yang kusebut ”Esprit.” Singkatan dari empat Si enam Prioritas. Pertama, lakukan refleksi atas niat Anda ikut pilkada. Sungguh-sungguhkah Anda mau mengabdikan diri untuk kebaikan rakyat di daerah Anda? Tidakkah Anda sekedar tergoda kecenderungan meluapkan syahwat kuasa dan menumpuk-numpuk kekayaan? Atau tersulut gairah dan emosi mengalahkan calon lain? Jika kedua hal terakhir ini motivasinya, berhentilah! Malulah pada diri sendiri dan Allah untuk tetap ngotot maju. Sebab, niat menentukan proses dan resultan semua perbuatan. Menjadi bupati bukan sekadar faktor banyaknya bakat dan besarnya minat, tapi terutama sucinya niat. Kedua, introspeksi pot

Keberagamaan yang Kekanak-kanakan

Dalam salah satu mailing list di internet, seorang teman mempertanyakan relevansi agama bagi kalangan ilmuan. Dia mengurai sejumlah riset ilmiah yang berimplikasi pada kesimpulan, semakin pintar seseorang, semakin ragu dia terhadap perlunya agama dalam kehidupan. Dia bertanya, “Apakah Tuhan dan agama memang hanya konsumsi orang bodoh?” Sehingga, “Semakin bodoh (dan lemah dan miskin) seseorang atau suatu kelompok, semakin percaya mereka pada Tuhan dan resep-resep agama?” Dalam diskusi itu, saya menawarkan sebuah jawaban panjang yang ringkasannya berikut ini. Jika kebodohan identik dengan kekanak-kanakan, maka jawaban atas pertanyaan di atas adalah afirmatif. Mengapa? Bagi banyak filosof, agama terutama diperlukan oleh seseorang yang masih berada pada fase “kanak-kanak.” Pada tahap ini, secara potensial dan aktual, akal manusia belum sepenuhnya berkembang untuk melakukan refleksi intelektual yang mandiri guna menjawab problem hidup mereka. Sejumlah filosof dan teolog Muslim rasional s

Seolah-olah Puisi Ramadan

(#1) Welcome Ya Ramadan Ramadan penuh berkah Dalam geliat doa dan dosa Di puncak kepayang pada dunia Kau datang lagi tanpa gegap gempita Bersamamu, padamu Harapanku menggebu Mengurai buhul dosa membatu Menabung obral pahala Mendapat perisai api neraka Tapi selalu kudisiksa ragu Tentang keluasan ceruk hatiku Juga kelapangan waktuku Menerima dan memanfaatkan kedatanganmu Sementara rasa sesak di dada bergemuruh Menggema keras melintas lembah Aku mengalir diam luluh Seperti air mata tumpah ruah Pelan-pelan hatiku menangis pilu Meratapi diri yang tak kunjung tipu Sementara aku menampung awan kelabu Untuk sekejap curahan air mata biru Sebagai isyarat luluhnya hati yang beku Pendulum waktu mengayun kencang Dan Ramadan terus mengalir tenang Lalu membumbung kembali ke langit terang Meninggalkanku yang sedang gamang Tuhan Kalau bukan karena kasih-Mu Aku akan selalu gagal menemui-Mu Karena aku-ku terselimuti tujuh tirai biru Yang menghalangi pandanganku ke