Seolah-olah Puisi Ramadan


(#1)

Welcome Ya Ramadan

Ramadan penuh berkah
Dalam geliat doa dan dosa
Di puncak kepayang pada dunia
Kau datang lagi tanpa gegap gempita

Bersamamu, padamu
Harapanku menggebu
Mengurai buhul dosa membatu
Menabung obral pahala
Mendapat perisai api neraka

Tapi selalu kudisiksa ragu
Tentang keluasan ceruk hatiku
Juga kelapangan waktuku
Menerima dan memanfaatkan kedatanganmu

Sementara rasa sesak di dada bergemuruh
Menggema keras melintas lembah
Aku mengalir diam luluh
Seperti air mata tumpah ruah

Pelan-pelan hatiku menangis pilu
Meratapi diri yang tak kunjung tipu
Sementara aku menampung awan kelabu
Untuk sekejap curahan air mata biru
Sebagai isyarat luluhnya hati yang beku

Pendulum waktu mengayun kencang
Dan Ramadan terus mengalir tenang
Lalu membumbung kembali ke langit terang
Meninggalkanku yang sedang gamang

Tuhan
Kalau bukan karena kasih-Mu
Aku akan selalu gagal menemui-Mu
Karena aku-ku terselimuti tujuh tirai biru
Yang menghalangi pandanganku kepada-MU

Tuhan,
Hanya dua pilihan untuk-Mu
Ampunilah dosaku
Atau
Ambil kembali milik-Mu

Welcome ya Ramadhan

(#2)

Lalai

Apakah aku telah teguh hati
Pada janji pribadi
Mengubah diri
Di bulan suci ini

Aku nyatanya masih malas
Hingga dhuha tertidur pulas
Tapi tubuh tetap lemas
Ke kampus selalu berbegas

Engkau bertanya
Mana puasamu?
Mana salat malammu?
Mana bacaan Quranmu?
Mana amalan sosialmu?
Sekedarnya bukan?

Aku memang baru takut
Belum cinta kepada-Mu
Belum rindu ridha-Mu
Apalagi mengetahui-Mu

Kemerlap duniamu
Mendidihkan darah mudaku
Menggoyahkan imanku
Memburamkan bening hatiku
Menyilaukan mata batinku
Hingga menirai pandanganku
Terhadap Engkau

Tuhan, kumohon pada-Mu
Ulurkan tangan-Mu
Bantu aku
Menolong diriku sendiri

Ramadan 1414

Comments

Popular posts from this blog

Arung, Topanrita dan Relasi Kuasa di Sulsel

Memperebutkan Makna Islam

Obama dan Kita Menjelang Pesta Demokrasi 09